Hatiku seakan tak mampu mengkihlaskan kepergianmu dari hidupku, mataku serasa tak lagi mampu membendung tetesan-tetesan kerinduan yang kian hari semakin deras berjatuhan seiring kepergiaanmu. Ini semua karenamu yang terlalu egois, karenamu yang selalu ingin dimengerti , tanpa mampu mengertiku kembali.
Andai saja ketulusan ini dapat terlihat olehmu, andai
saja kasih dan sayang ini dapat dirasakan olehmu mungkin ini semua tidak akan pernah terjadi.
Kisah kita yang telah lama, kisah kita yang penuh kenangan dan warna warni
cinta berakhir dengan air mata.
Kini, tak lagi ada perhatianku yang terlalu berlebihan
hingga membuatmu merasa terganggu!
Kini, tak lagi ada
celotehku yang membuat kepalamu seakan ingin pecah!
Dan kini, tak lagi ada tingkahku yang membuatmu tertawa
terbahak-bahak!
Apakah saat semua itu kau rasakan, tak ada sedikit pun
rasa kehilangan dihatimu?
Apakah saat semua itu kau rasakan, tak ada sedikit pun
kerinduanmu terhadapku?
Apakah saat semua itu kau rasakan, tak ada sedikit pun
rasa penyesalan dihatimu?
Kamu terlalu egois
Sayangku.
kamu tak pernah berfikir tentang hatiku yang
terluka. tentang diriku yang masih ingin
bersamamu. Tentang kedua bola mataku
yang masih ingin menatap indahnya senyummu. Tentang sepasang telinganku yang masih ingin mendengar
merdu suaramu meneduhkan jiwaku. Tentang sepasang tanganku yang masih ingin menuliskan
semua tentangmu di catatan harianku. Tentang sepasang kakiku yang masih ingin
melangkah bersamamu.:’)
Tidakkah kau ingat
awal perjumpaan kita? Saat kamu bertanya
namaku, dan aku menjawabnya. Saat kamu
berusaha menarik perhatianku, dan aku
mulai tersipu malu. Saat kau bersusah payah melakukan banyak cara hanya demi
menjadi seseorang yang berharga dihidupku.Dan saat impianmu terwujud, saat aku
merasa nyaman, saat aku merasa satu-satunya perempuan terbahagia didunia ini.
Kamu seakan berubah. Dirimu yang dulu berbeda dengan yang kukenal sekarang.
Mungkin telah kau temukan orang lain
yang lebih segalanya dariku. Kalaupun demikian, selamat berbahagia dengannnya.
Selamat menempuh cinta yang baru dengan seseorang kau cintai. Aku baik-baik
saja, hanya hatiku yang bagai tersayat-sayat pisau, hanya hatiku yang bagaikan
gelas kaca yang dihempaskan kelantai, hanya hatiku yang bagaikan kayu yang
rapuh. Tetapi, apapun yang kurasakan
biarlah kurasakan sendiri. Pergilah dengannya jangan pernah kembali lagi karena
tak lagi ada tempat untuk seorang pengkhianat seperti dirimu. Maaf jika pintu
hatiku telah terkunci untukmu Karena yang Aku takutkan Kau kembali dan
membuatku kian dalam terpuruk Karena cinta.
Post a Comment