Ingin kuberteriak
sekencang-kencangnya melepaskan semua hal yang telah lama terpendam dihati,
Ingin ku curahkan
pada rumput yang bergoyang. Namun, mereka hanya diam.
Ingin kucurahkan
kepada angin yang berhembus. Namun angin pun tak menghiraukannya.
Ingin kucurahkan
kepada air yang mengalir. Namun, tak kunjung Ia bersua.
Ingin kucurahkan
kepada manusia lain. Namun, tak ada satupun yang mengerti apa yang Aku rasakan.
Mungkin memang
hanya dengan mengenakan mukenah putih dan duduk diatas sajadah sembari
berdialog dengan sang Pencipta rasa sakit ini sedikit terobati. Kupejamkan
mataku dan merasakan hangatnya air mata ini mengalir bersama dengan desahan
nafas yang semakin meninggi, kukeluarkan semua sakitku, mengalir keluar bersama
air mata ini.
Sekiranya kau
merasakan menjadi diriku yang selalu kau kecewakan, sekiranya kau tau rasanya
di acuhkan seperti apa? Mungkin takkan pernah kau lakukan hal ini kepadaku. Aku
hanya perempuan polos yang belum mengerti arti dari cinta yamg sesungguhnya,
Aku hanya perempuan biasa yang tak mampu menjadi perempuan tercantik dan
terbaik untukmu, dan Aku hanya perempuan bodoh yang selalu tampak lemah
dihadapanmu. Ini salahku yang terlalu menyayangiku. Salahku yang terlalu dalam
mencintaimu hingga lupa bahwa tak selamanya cinta hadir diantara kita. Cepat
ataupun lambat akan ada saatnya cinta itu bagai sehelai kertas yang termakan
api kemudian menjadi abu. Dimana cinta dan rasa sayang itu diibaratkan sehelai kertas. Dan berganti
menjadi sebuah kenangan. Memang tidak seadil yang kita harapkan. Namun, Dia
pergi hanya untuk digantikan oleh yang lebih bisa membuat kita bahagia dan
menikmati hidup ini dengan senyum dan tawa.
Post a Comment