Seperti itukah?




Hatiku rasanya masih tak kunjung percaya hal ini terjadi padaku.
Mataku masih saja basah membayangkan apa yang telah kudengar dari mulut-mulut
mereka tentang dirimu. Sebenarnya aku siapa dimatamu?
Sebenarnya kita teman atau hanya aku yang terlalu berharap lebih?
Kita telah menjalani banyak tahun bersama,
melewati beratus-ratus hari bersama bahkan jutaan jam dan menit dengan banyak momen disana.
Apakah ini balasanmu atas semua yang telah kulakukan untukmu?
Aku sering mengorbankan kebahagiaanku hanya demi melihatmu bahagia,
aku sering menutupi kesedihanku karena aku tak ingin kau pun ikut bersedih,
aku sering mengalah, karena aku tak ingin berdebat dengan,
bahkan aku sering berbohong kepada banyak orang hanya demi merahasiakan kekuranganmu.
Dan hanya ini balasanmu?
Mataku seolah tak kunjung berhenti meneteskan air mata,
kenyataan ini rasanya terlalu sulit untukku.
Kau sahabatku, namun tak seperti sahabat untukku!
Kau sahabatku tapi, tega menusukku dari belakang,
menceritakan kejelekanku pada banyak orang, mengumbar-umbar ocehanku di media social dan argghh!terlalu menyakitkan jika harus kusebut satu persatu.
Dan seperti itukah sahabat? Sejahat itukah? Atau selama ini hanya aku yang menganggapmu sahabatku dan aku?
Hanya kau jadikan kambing hitam untuk mencari kawan yang lebih segalanya dariku?
Kau pernah bilang, persahabatan itu tak mengenal usia, tak mengenal kasta bahkan tak mengenal status social.
Dan kenyatannya? Kau bagaimana? Sikapmu seolah membuktikan kau manusia termunafik yang pernah kujumpai dalam hidupku.
Jika saja, Allah memberiku satu saja permintaan aku ingin tak pernah mengenalmu, tak pernah ingin menjalin pertemanan denganmu dan tak pernah ingin menghadirkanmu di hidupku.
Maaf, jika aku tak bisa menjadi teman yang baik untukmu, maaf jika aku terlalu banyak kekurangan hingga mampu menjadi bahan pembicaraanmu setiap harinya, dan maaf jika suatu saat nanti aku tak lagi bisa menerimamu di hidupku.
Luka yang kau torehkan terlalu sakit untuk dapat terobati, terlalu dalam untuk di balut dengan tangis. Hatiku telah kau hancurkan. Yah hancur bagai gelas kaca yang pecah! Bagai kertas yang termakan api lalu menjadi abu dan bahkan bagai dedaunan yang berguguran.
Andai saja kau dapat menjadi diriku, andai saja kau dapat merasakan sakit yang kurasa, andai saja kau tahu air mata ini menetes hanya karena KAU! Yah KAU yang tak pernah bisa menghargai perasaanku!!!!!!
Akupun manusia sama sepertimu,
aku pun punya hati yang akan rapuh jika terus menerus kau sakiti!
Dan mereka yang saat ini disampingmu terlalu bodoh, bodoh ingin di perbudak oleh manusia sepertimu! Manusia terjahat yang pernah ada!
Kau manis di depan banyak orang, berpura-punya memasang wajah malaikat.
Namun, ketika di belakang mereka? Kau umbar semua yang kau tau, kau karang semua hal yang nyatanya bukan fakta!
Haha kau pengarang yang hebat! Sandiwaramu menakjubkan hingga tak membuat orang lain sadar bahwa kau hanya bersandiwara!
Dan pada akhirnya aku salah menilamu,
salah dalam menentukan pilihanku, nyatanya kau hanya baik dihadapanmu, mengumbar aib orang lain jika di hadapanku.
Dan di belakangku kaupun menceritakan aibku pada mereka!
Sungguh kenyataan yang begitu mengerikan!
Aku berdo’a semoga Allah membalas semua perbuatanmu, semoga Allah memaafkanmu dari banyaknya hal yang kau lakukan pada orang lain dan semoga masih ada yang mau memaafkanmu!
Ingat!
Dunia ini hanya sementara, dunia hanya persinggahan dan tempat untuk berteduh, dia tidak abadi, dan apapun yang telah dilakukan pasti dimintai pertanggujawabannya nanti di akhirat dan sebelum itu terjadi TOBATLAH! Sebelum saatnya tiba kau tak lagi bisa berucap, tak lagi bisa melakukan apa-apa dan hanya terbujur kaku, diam, dingin dengan dibalut putihnya kain kafan!

Post a Comment