Drama AGAMA!
Tema: Kompetisi dalam kebaikan beriman kepada kitab-kita Allah, dan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari
JUJUR ITU INDAH
pemain-pemain
1.Habibah 5.Lemang
2.Lolo 6.Wati
3.Cinna’ 7.Pitti’
4.Ramma’ 8.Bella’
Pada suatu hari hiduplah seorang perempuan tua dengan 2 orang anaknya. Perempuan tua tersebut bernama Habibah, dengan anaknya yang bernama Lolo dan Cinna’.
Habibah: Oh Lolo, sini saiko eh! Bantuka’ memasak Nak. (teriak)
Lolo: Awweh, capekka’ deh Ma’. Itue i Cinna’ moh, tidak ada tonji nah bikin (dengan wajah kesal)
Cinna’: Ih, kenapa saya? Nah kau di suruh eh! Pergiko itu nah panggilko mama (membantah)
Lolo: cepat mako, kau tosseng Adek, mauka’ dulu kerja Prku. (sambil membuka buku)
Habibah: mana mako? Cepat mako eh! Potong-potongi itu sayurkah, gorengi itu ikankah, sama jagai nanti alla’poki gasnah komporkah.
Cinna’: iye’, tungga maka pale ma’. (berjalan kedapur)
~
Ketika Habibah dan Cinna’ sibuk dengan masakannya, di tempat lain Lolo yang sedang belajar, tiba-tiba mendapat sebuah ide di kepalanya, sebuah ide jahat untuk mengerjai Cinna’ saudara satu-satunya.
Lolo: deh, itu sana eh dompetnah mama, ambilki uang deh (Tertawa jahat)
Lolo pun mengambil uang yang ada di dalam dompet tersebut dan pergi berfoya-foya bersama teman-temannya.
Lolo: weh, bro! Ada uangku eh! Ayo pergi belanja-belanja.
Bella’: wih, dimanako dapat uang itu? Halalji kah?
Lolo: ih, tantumi! Manai lemang sama wati?
Tiba-tiba datanglah Lemang dan wati dengan senyum di wajah mereka.
Wati: kenapako carika’ gang?kangen ko? Cieee! (mencibir)
Lemang: palingan maui nah minta uangta’. Ilolo mamo pallakah mappajak-pajak, bosankujah liatki mukanah yang pas-pasan itu.
Bella: eh, jangko salah tawwa, mauki nah teraktir Lolo, banyak seng uangnah.
Wati: betulanko?mana bede? (meminta bukti)
Lolo: iniee, kalau tidak mauko percaya-_- (memperlihatkan uangnya)
Lemang: deh, tawwa Lolo, cantiknya hari ini, bagikang rembulan di malam hari, cieeee..
Bella: Wah, i Lemang modusmi seng, maunahji di teraktir.
Wati: iyo, mentang-mentang dia paling cantik di antara kita.(tertawa)
Lolo: sudahmi eh, ayomi pergi makan-makan, habiskan inie uang. Toh? Toh? (tertawa jahat)
Lemang: ide yang bagus bro!
Tiba-tiba pitti’ datang.
Pitti: mauko kemana teman-teman?
Wati: pergi makan, i Lolo matteraktir. Mauko ikut? Ayomi eh!
Pitti’: dimana memangko dapat uang banyak begitu Lolo?
Lolo: Awweh, banyaknah pertanyaannu kau, kalau mauko ikut saja, kalau tidak mau, yah sudah pulang mako sana! (mulai marah)
Pitti’: Ndag mau jaka deh, pergi mako, mauja’ pulang. (berjalan pulang)
Mereka berempat pun pergi disalah satu warung bakso, untuk sekedar mengisi perut yang sedari tadi keroncongan, mereka melahap hidangan di hadapannya dan mulai bercerita, sesekali tawa di antara mereka pecah. Mereka bersenang-senang dengan uang Ibunya Lolo. Lolo membelanjakan uang Ibunya tanpa berfikir konsekuensi yang akan di terimanya.
DIRUMAH
Habibah: Cinna’ pergi saiko belikanka’ tarasi Nak!
Cinna’: iye, sinimi uangta’ Ma’.
Habibah: tunggumi, (sibuk mencari-cari dompetnya) nuliatki dompetku di atasnah televisia Cinna’?
Cinna’: ih, tidak Ma’, nah disini terusja bantuki eh! Bara’ nah ambilmi seng itu i Lolo Ma’.
Tiba-tiba datanglah Ramma’, anak lelaki Habibah yang baru saja pulang dari perantauan.
Ramma’: omama.., datangma’ eh! Di manaki? Rinduku kurasa (berjalan menelusuri setiap ruangan rumah tersebut.)
Habibah: oh, ada mako nak, tambah gammara’ko kuliat, banyakji nubawa uang nak?
Ramma’: Alhamdulillah banyakji Ma’. Sama ada ada juga Al-Qur’an kubelikanki. (menyerahkan uang dan Al-Qur’annya)
Habibah: wide’eehhh! Anakku eh, baji’nah mamo.
Ramma’: manai cinna’ sama Lolo mama?
Cinna’: ada jaka’ eh, i Loloji iyya, issengi dimanai!
Habibah: Kurang ajara sekali itu anak-anak, nah ambilki uangku, padahal itu mami kodong, (bersedih)
Ramma’: Astagfirullah, ayo pale pergi cariki.
Pergilah mereka bertiga mencari Lolo, tiba-tiba di tengah perjalan mereka bertiga bertemu dengan Pitti’.
Cinna’: oh pitti’, nuliatki Lolo?
Pitti: kuliatki tadi makan bakso sama Wati, Lemang, sama Bella’. Kudengar-dengar i Lolo matteraktir”
Ramma’: di penjual bakso mana? Bisako antarka’?
Pitti’: Bisaji, ayomi!
Mereka berempat pun berjalan ke Warung bakso, mencoba menemui Lolo. Akan tetapi sesampainya mereka di sana ternyata Lolo dan teman-temannya sudah pergi. Dan entah di mana mereka saat ini.
Pitti’: Aih, tidak adami Kak. Kenapa memangi di cariki kah?
Habibah: Nah ambilki uangku Nak, baru uang belanjaku itu kodong.(wajah sedih)
Pitti’: wih, pantas nah banyak sekali uangnah, nah ajak jaka tadi juga pergi makan tapi, tidak mau jaka’ karena curigaka’ kenapa nah bisa banyak sekali uangnya.
Ramma’: Ayo paeng pergi cariki di sawayya’.
Mereka berempat kembali melanjutkan percariannya, menelusuri setapak demi setapak, dengan panasnya mentari yang seakan menyekat tubuh. Dan akhirnya sampailah mereka di sebuah sawah dengan dihiasi pohon katapang. Terlihat dari kejauhan ada 4 anak bermain disana. Mereka berempat pun menghampiri anak-anak yang tengah bermain tersebut
Habibah: Oh, Lolo! (teriak memanggil)
Lolo: iye, kenapaki Ma’? eh, ada tongi Kak Ramma’ eh, banyakji di bawa uang?
Ramma’: uang.., uang.., itu terusji di pikirannu, kasi kembaliki itu uangnah mama’
Cinna’: iyo, kau pasti ambilki toh?
Lolo: ih, nufitnah maka; itu! Bukan saya anu! Nuliatka’ kah? Jangnko sotta’2nah! (emosi)
Wati: Lolo, pulang maka saya nah!nah carika mamakku,
Lemang: iyo saya juga.
Bella’: iyo, saya juga! Wati, Lemang cepat mako! (berlari)
Lolo: weh, kenapako pulang semua? Bela ka’ eh! Begitunuh jadi teman.
Pitti’: kasi kembaliki uangnya mamanu Lolo, kasianna’ itue, jammeko balle’2
Cinna: tidak nu malla’ dosa?
Ramma’: mengaku mako waeng, kah ditaumi bilang kau ambilki, baru pergiko teraktirki itu teman-temannu makan bakso. Toh? Bilang mako?
Habibah: tidak kupukul jako nak, asal mauko akui kesalahanmu, ada itu didalam Al-Qu’an tidakku taumi ayat berapa nak yang jelasnya intinya itu. “Sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga” mau jako masuk surga toh?
Lolo: Iye Ma’, saya ambilki! Maafkanka’,dosaku moh sama kita (menangis)
Habibah: kumaafkan jako Nak, jangko lagi ulangi nah?
Lolo: iye, kusayangta’, tidak kukecewakan maki lagi Ma’, kau juga Cinna’ minta maafka’.
Cinna’: Bah sodara kumaafkan jako.
Pitti’: toh kan jujur itu indah!
Akhirnya, Lolo mengakui kesalahannya, dan meminta maaf kepada Ibu dan saudaranya. Kini Lolo telah berubah, dia telah mulai rajin membantu Ibunya, bahkan juga sudah ingin membantu saudaranya.
Hikmah yang dapat di petik dari kisah tersebut adalah bahwa: Jujur itu indah, dimana dengan jujur kita dapat mempererat tali persaudaran, dengan jujur kita dapat akan terhindar dari kemarahan atau bahkan konsekuensi yang merugikan.
sekian, wassalamu alaikum. Wr.Wb
Post a Comment