Penantian Disa


     Suara bising kendaraan kembali terngiang di telinga Disa. Hari ini senin lagi, bertemu dengan banyak kendaraan di jalan dan juga bertemu sekolah lagi. Sekolah, mulai membosankan bagi Disa. Terlebih saat dia mulai menyukai segala hal tentang internet dan juga aplikasi-aplikasi dari benda bernama laptop. Yang membuatnya bosan bukan karena tidak memiliki laptop melainkan karena ukuran laptop yang dia miliki membuatnya kelelahan. Dia merasa membawa beban yang begitu membuatnya bosan dengan sekolah. Rumah, selalu menjadi tempat ternyaman untuk Disa, karena dia tidak perlu lagi menanggung beban yang teramat berat. Maklumlah, dia kesekolah hanya berjalan kaki, sehingga membuatnya begitu tersiksa dengan tas yang berat.
“Kamu kenapa Nak?kok, datang-datang langsung baring?” tanya Ibu.
“Tidak apa-apa Bu’. Cuma kecapean saja.” Ujar Disa dengan nada lesu.
“Sabar Nak, klau Ibu punya rejeki , pasti Ibu ganti dengan laptop yang lebih kecil.” Ujar Ibu dengan seulas senyum.
“Iya, Disa sabar nunggu kok Bu’. Enggak usah di paksain.” Ujar Disa membalas senyuman Ibunya.

    Sudah sejak lama, Disa menantikan laptop baru, sudah sejak lama dia lelah . Akan tetapi, dia tak sanggup merengek dan meminta kepada Ibunya. Ada sebuah rasa kasihan menyergap hatinya, ada sebuah rasa yang membuat bibirnya kelu dan kaku tatkala dia ingin menyampaikan keluh kesahnya. Dengan lapang dada, dia berusaha sabar, berusaha untuk tetap kuat, walau sebenarnya dia sangat-sangat lelah.

     Hari ini adalah hari ulang tahun Disa yang ke-16. 16 Tahun, menjalani hidup, melewati banyak hal, banyak rintangan, banyak kebahagiaan dan banyak tantangan telah dia lalui. Kini, di usianya yang sudah terbilang agak dewasa dia hanya berharap satu hal, yaitu laptop baru, laptop dengan ukuran yang lebih kecil yang takkan membuat sekolah membosankan, melainkan menyenangkan dan mengasyikkan.
“Selamat ulang tahun sayang.” Teriak Ibu membangunkan Disa dari tidur lelapnya.
“Eh, ada Ibu. Iya!!makasih Ibuku sayang.” Ujar Disa sembari memeluk Ibunya.
“Ibu punya hadiah loh, spesial untuk anak Ibu yang paling cantik.” Kata Ibu sembari menjulurkan sebuah kado. Bentuknya kotak, entahlah apa yang terdapat dari balik kertas kado bermotif kembang-kembang tersebut.

“Ini apa Bu’?” tanya Disa, sambil menatap sebuah kado dihadapannya.
“Buka saja.” Jawab Ibu sembari tersenyum.
     Dibukalah bungkusan kado tersebut, perlahan-lahan di robeknya, dan betapa terkejutnya Disa tatkala melihat isi kado tersebut.
“Ibu ini? Makasih Bu, ini sangat-sangat luar biasa. Aku sayang Ibu. Sekali lagi makasih Ibuku sayang.” Ujar Disa sambil memeluk tubuh renta Ibunya.
“Iya, Nak!! Ibu tahu, kamu sangat menginginkan itu dan sangat-sangat membutuhkannya.” Ujar Ibu sembari membalas pelukan Disa.

     Akhirnya, inilah buah dari kesabaran dan penantian Disa selama ini, keinginannya untuk memiliki laptop baru kini bukan lagi sebatas keinginan dan asa, melainkan telah menjadi sebuah kenyataan dan realita yang membuatnya kini menitikkan air mata haru. Dan ini, dia tak lagi merasa bosan dengan sekolah. Sekolah bukan lagi tempat yang menjenuhkan, melainkan tempat yang menyenangkan, terlebih jika itu menyangkut segala hal tentang teknologi.

Setiap hari yang di lewati Disa kini mulai berwarna semenjak hadiah dari Ibu membangunkannya dari lelap. Kini, Disa tak perlu lagi mengeluh dengan beban di pundaknya, tidak lagi mengeluhkan mengenai tasnya yang berat. Dia mulai menyukai setiap hari sekolah, memulai pagi dengan senyuman dan juga rasa syukur kepada Allah SWT.

Sumber gambar: myfitriblog.wordpress.com

Post a Comment