Maafkan, Untuk Diamku

Dia layak punya banyak penggemar, dia sosok lelaki yang baik, pendiam, dan pandai merangkai kata. Lelaki ini, sukses membuatku lupa akan masa lalu yang kelam. Entah darimana rasa ini hadir, wajah manis itu, senyum itu, dan pancaran pelangi dari balik wajahnya, selalu mampu menghadirkan senyum dibibirku. Aku, tak pernah tau getaran aneh apa yang tercipta ketika tanpa di sengaja kedua bola mata kami beradu dalam satu momen, tanpa suara, tanpa apupun selain tatapan mata yang mnyilaukan merah jambu. Apakah aku mulai mencintainya diam-diam? Apakah rasa itu mulai hadir ketika kekecewaan dimasa lalu masih sangat dalam menggoreskan luka? Tuhan, aku tak ingin lagi menangis oleh alasan yang sama, karena CINTA!
Ingin kumatikan saja rasa cinta dalam dada, ingin kuhapuskan cinta dalam haru hariku, namun semakin jauh aku mencoba untuk itu, semakin dalam pula cinta itu merasuki kalbu. Rupaya, cinta dan rasa merupakan hal yang berkaitan erat antara satu dengan yang lainnya, dan aku bukan Tuhan, yang selalu mampu mewujudkan apa yang aku mau.
Aku ingin melenyapkannya, melenyapkan rasa yang tumbuh diam-diam, melenyapkan kekaguman yang mendera, dan mengapuskan rasa yang lebih dari sekedar pertemanan. Mampukah? Sedangkan tokoh di masa lalu saja masih sering menyita emosi dan air mata. Sekali lagi aku lelah untuk jatuh cinta, lelah untuk kecewa, lelah untuk menumpahkan air mata dan lelah memberi ruang untuk pisau kembali mengiris.
Salahkah jika aku ingin terlepas dari belenggu cinta? Salahkah jika aku ingin menikmati hidupku dengan bahagia yang bukan karena cinta?salahkah jika aku tak lagi ingin dikecewakan?salahkah jika aku hanya ingin bersama kesendirian?Salahkah aku Tuhan?salahkah?
Aku masih disini, memandang langit yang biru, memandang burung-burung yang berterbangan bebas, merasakan hembusan angin yang sesekali menerbangkan helai demi helai rambutku, aku masih disini, meyakinkan diri bahwa mencintai bukalah perkara yang mudah untuk orang pernah dikecewakan di masa lalu. Dan lelaki itu, kuharap dia bukan jawaban atas semua tanda tanya yang bermunculan perihal mencintai. Tetapi sekali lagi, aku tak dapat membohongi hati, bahwa kekaguman itu hadir dalam peraduan tawa yang sesekali tercipta karena kebersamaan yang sama sekali tak disengaja.

“Untukmu lelaki berkulit sawo matang yang ternyata punya bakat menulis, mungkin kau tak menyadari kehadiranku, tak menyadari getaran yang berbeda ketika kebersamaan kita tercipta, terkadang tepukanmu dibahuku menyadarkanku akan lamunan yang memang tantangmu. Tawamu kala itu, sukses memberikan warna baru dalam keseharianku, dan percakapan kita di paruh malam selalu sukses membuatku gila, yah gila karena sesekali tertawa, tersenyum bahkan manyun hanya karena deretan-deretan kata yang kau rangkai. Aku tak pernah ingin cinta itu hadir, tetapi dia bertamu tanpa mengucap salam, masuk begitu saja tanpa pernah mampu kutendang layaknya bola. Maafkan untuk rasaku yang salah.”

Sedikit sajak yang aku tuliskan untukmu. Aku kembali bertanya pada diri, masihkah pantas diam-diam aku mencintai lelaki hebat sepertimu? Kurasa, ah!entah! Secret Admirer mungkin kata yang pantas untuk wanita sepertiku, wanita tak tahu malu yang mencintaimu tanpa pernah mengucap kata permisi, maafkan untuk sikapku yang diam-diam sering memandangmu, maafkan untuk keseharianku yang selalu saja mencari tahu tentangmu, dan maafkan untuk kata “diam” yang aku lakukan untuk menutupi rasa yang hadir tentang kita.




Sumber Gambar: https://kumpulancerpenlengkap.files.wordpress.com/2012/03/cinta.jpg

4 komentar

nyesek bacanya :(

kunjungan perdana... salam kenal :)

Reply

Heheheiyya, jangan bosan-bosan kunjungin blog saya yah :) salam kenal balik :)

Reply

Post a Comment