Mau kemana?

 


Hidup di usia 20 tahun, adalah awal mula kebimbangan-kebimbangan serta dilema-dilema akan masa depan. Setelah lulus kuliah lantas apa lagi yang akan dilakukan? Dunia menuntut banyak sekali hal yang di luar nalar semasa SMA.

Tuntutan untuk bekerja,

Tuntutan untuk menikah,

Tuntutan untuk menjadi kaya,

Tuntutan untuk menjadi independen woman

Dan ada banyak lagi tuntutan apalagi untuk kita kaum perempuan. Seolah ada garis pembatas antar gender. Dimana perempuan diusia 20an keatas harus inilah itulah suatu hal yang hanya dibebankan pada perempuan saja dengan dalih “Kalau tua sudah tidak subur loh nanti susah punya anak.” Padahal, ada begitu banyak mimpi yang masih ingin dikejar, ada banyak hal yang masih ingin dilakukan dengan bebas tanpa ada intervensi. Namun, dunia untuk perempuan tidaklah sebebas laki-laki dalam menetukan dia mau kemana. Perempuan dalam masyarakat punya banyak batasan-batasan yang akan terus di bicarakan sampai di mencapai fase tersebut.

Dan hal tersebut juga menimpaku. Setelah lulus kuliah aku mulai bingung dan resah ingin berjalan kearah mana dan menempuh jalan yang seperti apa untuk hidupku. Aku selalu berpikir bahwa hidup adalah serangkaian-serangkaian takdir yang tidak dapat kita ubah namun semakin aku belajar tentang agama, aku menemukan bahwa ada beberapa takdir yang nyatanya dapat kita ubah atau kita usahakan untuk menjadi lebih baik lewat usaha-usaha yang kita lakukan. Karena Allah punya kuasa untuk membalikkan segala sesuatunya. Sejak saat itu mulai menyusun satu persatu rencana kehidupanku.

Aku melewati begitu banyak malam dengan pikiran yang penuh. Penuh dengan segala kemungkinan-kemungkinan, ketakutan-ketakutan dan hal-hal lain yang anak muda sekarang lebih sering melabelinya dengan sebutan “overthingking”. Kukira setelah kuliah akan mendapati diriku dengan segala kelegaannya karena telah melewati fase sulit dalam hidupku namun nyatanya fase selanjutnya ternyata jauh lebih sulit inilah hidup yang sesungguhnya. Hidup dimana aku akan berjuang akan jadi apa dan bagaimana kehidupanku 10 tahun yang akan datang. Satu saja keputusan yang kuambil akan mempengaruhi bahagiaku dimasa yang akan datang maka dari itu aku lebih banyak merenung dan mulai berpikir untuk menatanya sedemikian indah meski pada perjalannya tidak sesuai dengan rencanaku itu sudah diluar dari kendaliku, yang kupikirkan kala itu hanya bagaimana untuk bisa membalas segala pengorbanan-pengorbanan orangtuaku mulai dari materi, waktu, dukungan dan lainnya yang membuatku bisa menyandang gelar sarjana pendidikan. 

Langkah pertama yang kulakukan adalah menyelamatkan diriku dari segala hal yang membuatku terluka. Hidupku butuh cinta namun bukan yang menyakitiku. Aku mengambil keputusan mengkhiri kisah yang hampir 5 tahun terjalin itu sebab aku tidak melihat masa depanku disana. Aku merasa kita sudah tak sejalan dan searah dan perbedaan-perbedaan lain yang membuatku menyerah. Mungkin awalnya berat, namun diriku di masa depan lebih penting untuk kupikirkan ketimbang bunga-bunga yang kadang mekar, kadang layu itu. Biarlah segala yang pernah ada menjadi kenang dan pembelajaran untuk hidup yang lebih baik lagi kedepannya. Untuk mencapai titik yang kuinginkan diriku harus bebas dan lepas tidak terkekang oleh pemikiran-pemikiran yang hanya akan menghambatku untuk maju.


Next.....

di part/bagian selanjutnya hihi... stay tune yahhh!!!

Post a Comment