Kota ini



Pernah tidak kamu berpikir untuk lari dari kenyataan hidup yang terjadi?
Menghilang dari peradabanmu dan mulai mencoba menjadi manusia dengan versi yang berbeda? yah pergi ketempat baru, bertemu dengan orang-baru dan memulai lembaran yang baru. 
Aku pernah berpikir untuk melakukan itu, namun semakin aku mencoba semakin langkahku terhenti dan pelan-pelan berjalan mundur. 

Kenapa ini?

Ada apa dengan diriku?

Aku seperti berada di titik tengah dan diantara dua pilihan yang berat. 

Tempat ini terlalu banyak kenangnya untuk bisa kulewati sendirian. Setiap sudutnya selalu terbayang kebersamaan kita. Dari tempat biasanya kita makan, berakhir pekan juga menjalani rutinitas. Apakah mungkin aku bisa berjalan tanpa membayangkan semuanya? sayangnya aku tidak sekuat itu, setiap bayang-bayang itu membuat air mataku menetes. Arghh, bodohnya. Celutukku sambil sesekali memukul pelan kepalaku.

Kamu dan bayang-bayangmu terlalu penuh dan riuh untuk pelan-pelan kuhilangkan. Coba beritahu aku bagaimana caranya untuk melupakanmu Tuan sebab aku sudah kehilangan cara untuk membuatmu lenyap dari hati dan pikiranku.

Atau sebaiknya memang pergi saja dan pelan-pelan menata hidup di kota baru dengan pribadi yang baru?

Sungguh pilihan yang sulit namun sepertinya harus demi menjaga kewarasanku sendiri. 

Perihal apapun pilihanku, terimakasih karena pernah ada dan memberi banyak sekali pembelajaran untuk perempuan ini. Kerenamu, aku mampu lebih dewasa dan bijak dalam menetukan arah hidupku selanjutnya. Tidak lagi mencoba untuk selalu menjadi paling baik demi membuat seseorang tetap bertahan di sisiku , aku yang sekarang lebih mengutakan kenyamananku sendiri meskipun akan kehilangan banyak sekali orang-orang dalam hidupku.

Kalau nanti kita bertemu lagi di kota ini, semoga tidak ada lagi rasa yang mengganjal dalam dada. Tidak lagi sesak dan menghindar namun saling menyapa dan melemparkan senyum kemudian saling mengenang bagaimana kita dulunya. Teman lama yang berjumpa kembali dan bernostalgia tentang masa itu. 

Sampai bertemu lagi, di versi diri yang saling menerima segala ketetapan-Nya. 

Post a Comment