HUJAN
Kumpulan kata-kata
-
Thursday, November 19, 2015
-
No comments
Entah sejak kapan, hujan selau mencuri mata untuk kagum, memaksanya berbinar takjub dan yah aku menyukainya, menyukai segala hal tentang hujan. Ada banyak cerita balik rintiknya yang jatuh. Hujan pertama di November mengngatkanku akan senja terakhir yang kulalui dengannya, yah dia hujanku yang telah lenyap.
Kupalingkan wajahku tepat dihadapan jendela kaca yang perlahan mulai basah, kurasakan aura dingin yang semakin menembus kulit, adakah yang lebih menyenangkan dari merakit perahu kertas kemudian melayarkannya sepanjang hujan turun? Kurasa, aku harus membuatnya!
Kuraih kertas dalam tasku, merakitnya menyerupai perahu yang siap berlayar, akupun tersenyum menyaksikan miniatur perahu yang kubuat dengan begitu sederhananya, sesederhana bahagia yang dia cipatkan dalam duniaku yang menurut sebagian besar orang adalah gila. Sudut mataku menitikkan butir-butir itu lagi, aku pernah memainkan ini bersama sosok yang tak pernah kusangka akan pergi dari sisiku. Kukira, semuanya akan baik-baik saja, kukira akan selamanya setiap mimik dari wajahku adalah alasan kata dan tingkahnya. Aku salah, pertengkaran kecil yang kutahu bukan sepenuhnya salahku, merenggut keyakinan yang sudah begitu kokoh kudirikan. Petir menyambar, bersama awan yang kian menghitam, aku tersentak, ketika menyadari tubuhku telah turut serta bersama setiap titikny yang menderas menyerang bumi.
Aku menengadahkan wajah menghadap langit, merasakan tusukan demi tusukan dinginnya, menciptakan beku dihampir semua bagian tubuh, aku menyukainya, menyukai sensasi aneh yang kurasakan ketika nafasku beradu dengan dentuman-dentumannya yang menggairahkan. Kupejamkan mataku, kubiarkan hujan membawaku kepada duniaku yang gila, ada banyak mimik yang tercipta selama selang beberapa menit saja. Jutaan fantasi membuat hujan samar,bersaman dengan itu tanpa kusadari aku menarik sosok itu lagi, dia hujanku yang telah lenyap!
Duniaku memang gila. Petir kembali menyambar membuatku tersentak untuk kedua kalinya, menghentikan fantasiku, mengisyaratkan nalar untuk kembali pada kewarasannya, kembali pada kenyataan bahwa soknya tak lagi tinggal, dia bukan lagi hujanku, dia hujan milik yang lain.
Aku disini, dalam duniaku yang gila. Dihadapkan lagi dengan dia, senyum simpul diwajahnya yang tirus, baju berwarna putih yang selalu kucemburui, rambut basah yang selalu kuacak-acak jika marah, bahkan mata teduh yang selalu memancarkan pelangi kala derita tuhan menyeretku pada situasi tak menyenangkan, mata itu yang selalu menatapku dengan penuh arti, mengisyaratkan untuk tetap tenang, seakan ada hipnotis disana, pelanginya terlau indah hingga membuatku mengalah, membiarkan perlahan bahunya menjadi penopang, menjadi tempat bersandar ternyaman yang pernah kurasakan. Bahkan ketika hujan turunpun, bahu itu tetap nyaman walau telah basah oleh hujan dipelupuk mataku.
Aku kembali menengadahkan wajahku kearah langit, namun tak ada yang menusuk wajahku walau nadanya masih dimainkan oleh Tuhan, kurasa ada yang berbeda!
Kubuka mataku, kulihat lengkungan berwarna merah muda dengan besi-besi menyerupai naungan, au terdiam sejenak sebelum menyadari bahwa itu adalah payung. Kubalikkan tubuhku, mencoba menangkap sosok pembawa benda itu, dia wanita dengan rambut ikal kecoklat-coklatan dengan sebahu, bibirnya berwarna merah merekah, mata birunya berbinar, senyumnya terukir manis, menciptakan lengkungan sempurna dibibirnya. Tubuhku terpaku, menyaksikan ciptaan tuhan yang indah. Dia menatapku, mengusap pelan wajahku, dan kembali tersenyum. “ Kau gadis yang kuat, ada banyak orang yang menyayangimu, lupakan dia, kau pantas untuk bahagia.” Sosoknya kembali tersenyum memamerkan deretan giginya putih merona. Aku masih terpaku ditempatku berpijak, terlalu terpesona belum pernah ulihat wanita sesempurna ini, aku wanita dan untuk pertama kalinya dalam hidupku aku tertegun karena pancaran kecantikannya yang menyilaukan. “ Kau siapa?” tanyaku,masih dengan pandangan kagum.
Dia kembali tersenyum, Memelukku erat, seolah-olah aku ini orang lama yang telah dikenalnya, siapa perempuan ini! apakah dia gila? “ Aku bagian dari hujan, Tuhan ingin memelukmu erat, dia merindukanmu dalam dekapannya, Tuhan merindukan lantunan hijaiyahmu, Tuhan merindukan sosokmu disepertiga malam, dan Tuhan merindukanmu menangis tersedu-sedu untuk sebuah retakan kecil dan coretan prajuritnya disebelah kiri.” Rengkuhannya semakin erat, hingga ketika hujan perlahan terhenti. Rngkuhannya semakin melemah dan akhirnya melepaskan tubuhku yang juga tak paham, wanita ini, hujan, Tuhan, dan kerinduan, aku benar-benar dibuatnya terpaku.
Dia meninggalkan payung merah mudanya, kemudian menembus kerumunan siswa mulai berlarian, kucoba untuk mengejarnya, namun langkahku kalah oleh waktu. Dia lenyap diantara ribuan tanya dan kebingungan dikepalaku.
Akankah skenario tuhan mempertemukan lagi? perkataannya baru kucerna lebih dalam, ada makna tersirat dibalik celotehnya yang membingungkan. Aku harus memulai lembaran baru, melupakan sosok yang hujan yang selalu menyita pelupuk mata untuk mendung, sosok itu hanya hujan dinovember tahun lalu, dan november kali ini aku bukan saja punya hujan, akan tetapi aku juga punya kertas, yang jika kurakit dapat membentuk perahu kertas yang jika hujan turun dapat mengantarkanku padanya lagi, malaikatku yang tercipta dari rintiknya yang jatuh.
Sumber gambar:
1. http://i1.trekearth.com/photos/103584/rain.jpg,
2. https://rainryuhira.files.wordpress.com/2013/10/hujan4.jpg
3. https://vieragileventa.files.wordpress.com/2015/08/162718_620.jpg
4. https://saidumar164.files.wordpress.com/2012/02/pink-umbrella1.jpg
5. http://i00.i.aliimg.com/wsphoto/v0/1759856540_1/24-X36-inch-font-b-Wallpaper-b-font-font-b-Beautiful-b-font-font-b-angel.jpg
6. https://lingkarbidikmisi.files.wordpress.com/2013/01/foto-cerpen.jpg
Post a Comment