Jauh sebelum bernama kenangan,kita adalah kebahagiaan. Aku pernah berandai untuk bisa selamanya merasakan bahagia yang seperti ini. Namun, aku melupakan perihal kepergiaan. Aku lupa, aku terperangkap dalam silaumu hingga tak menyadari bahwa kapanpun semuanya dapat berubah.
Dulu, kau ubah mendungku menjadi pelangi. Kau buatku melupakan lelaki masa lalu yang membelenggu hatiku hingga sulit rasa jatuh cinta lagi. Kau membuatku lupa, namun pada akhirnya kau sama saja seperti dia. Ini apa? Hahaha, mungkin aku yang terlampau bodoh!
Kini,untuk menyapapun rasanya butuh jutaan keberanian. Padahal, dulunya ada amarah ketika dalam rentang waktu sehari tak ada sapaan dariku. Waktu begitu cepat merubah semuanya:’)
Kita telah usai. Itu katamu. Dan apa yang bisa wanita lemah ini lakukan? Aku sudah berusaha mempertahankan, tetapi nyatanya kaupun tengah berusaha, yah berusaha melepaskan.
Aku hanya wanita biasa, yang mencintaimu dengan sebaik-baik kejujuran. Namun, kau tak pernah menoleh sejak kau putuskan untuk menyerah. Kau sibuk menata esok hingga lupa bahwa aku masih menangisi hari kemarin. Kau? Hahaha pergi tanpa membalut lukaku lebih dulu.
Namun, aku menyadarinya,
Untuk apa?
Yah, untuk apa?
Menantimu yang kian jauh memunggungiku.
Untuk apa?
Menggantung rasa jika kau sendiri enggan untuk mengulurkan hati.
Seharusya, sudah sejak dulu aku memilih kenangan untuk kisah kita. Seharusnya, ketika kau memilih untuk menyerah, akupun mestinya menyerah. Bukan pasrah pada keadaan, tetapi menyadari bahwa ada beberapa hal yang tidak bisa dipaksakan sekuat apapun perasaan itu. Mungkin, ketulusanku belum trlihat dimatamu, kejujuran yang kupunya belum juga cukup untuk membuatmu percaya, dan rasa cinta yang kumiliki belum juga cukup menyakinkanmu untuk bertahan. Tetapi bisa kupastikan hanya aku yang mencintaimu seperti ini:’)
Bahkan setelah beberapa lama kita tak lagi bersua. Aku belum juga dapat menghapusmu dari sini. Yang kulakukan, meski terlihat begitu hebat, kau hanya tidak pernah tau, setiap malam ketika kenangan mengenai hujan terputar kembali, aku menangis, bertanya-tanya dalam hening mengapa?ada apaa? Aku sama sekali tak mengerti.
Untukmu, sosok yang telah menjelma kenangan. Semoga impianmu dalam membahagian ibumu dapat tercapai. Semoga keikhlasanmu dalam menaati perintah orangtua dapat mengantarkanmu pada bahagia yang sesungguhnya, aku disini masih dengan perasaan yang sama seperti dulu selalu mendoakan yang terbaik untuk kehidupanmu. Biarlah, aku mencintaimu dari sini, mencintaimu meski tanpa suara, mencintaimu meski tanpa gerak, mencintaimu meski ada jutaan ketidakmungkinan untuk kita.
Aku bukanlah wanita yang hebat dalam hal melupakan. Sesakit apapun luka yang kau toreh, tetap saja rasa itu masih bersemi. Dan entah kapan akan layu. Mungkin memang kau terlalu sempurna untuk bisa menjadi pendamping wanita sederhana sepertiku. Mungkin, kita memang berbeda. Dan kau tak pernah mencintaiku seperti aku mencintaimu.
Aku masih disini, menantimu yang entah masihkah mengingatku?
Aku masih disini, dengan jemari yang mendarah-darah menenteng harap, tidakkah kau lihat? Ini aku yang dulunya begitu kau cintai.
Aku? Hahaha
Sumber Gambar: https://loveinglass.files.wordpress.com/2014/05/semusim-kenangan-loveiscinta.jpg
Post a Comment