CERBUNG "INARA" part 5








#Ahmad Arif

Disekolah.

“Ahmad?”

“Iya? Ada apa? Hey, kamu sudah sembuh rupanya.”

“Kamu jahat.”

“Emang aku kenapa?”

“Kemana ajah selama aku dirumah sakit? Katanya sahabat kok gitu sih.”

“Kamu cariin aku? Bukannya sudah dapat teman baru.”

“Maksudmu? Asgaf?”

“Mungkin iya.”

“Hahahaha kau ini lucu Ahmad, Asgaf?hahahha dia hanya datang minta maaf, dan dia baik karena telah menyumbangkan darahnya untukku. Salahkah jika aku mencoba memberinya kesempatan untuk menjadi bagian dari hariku?”

“Aku tidak punya hak untuk melarangmu, memangnya aku siapa? terserah padamu Rah, aku bukan siapa-siapa”

“Ahmadku sayang, kau ini sahabatku dan kau punya hak untuk itu, eh aku pengen curhat,pengen denger?”

Sayang? kata yang seolah menghentikan darahku, membuatku terdiam sejenak, apa maksud dari perkataan itu? masih bersembunyi dalam topeng persahabatan ataukah memang dari hatinya yang terdalam. Sulit menafsirkan makna dibalik kata sakral yang seolah menghantam dadaku bertubi-tubi, sontak getaran itu hadir lagi, getaran aneh yang sulit kudefinisikan dengan kata-kata.

“Hei Mad kok diem? Sibukyah?” tanyanya memecah keheningan.

“A? Tidak, yah sudah ceritalah, aku akan menjadi pendengar yang baik untuk sahabatku yang manis.” Jawabku menggoda.

“Hahaha baik-baik, ke taman yuk, atau kekantin? atau maumu dimana?”

“Taman saja, kita butuh suasana yang tenang untuk mendengar ceritamu yang sepertinya sangat menyenangkan.”

“Oke.”

Kamipun berjalan menyusuri koridor sekolah, ada bayak hipotesis yang singgah difikiranku, apa yang ingin diceritakannya? apakah tentang hubungannya? tentang Asgaf?tentang hidup?orangtua? atau argh terlalu banyak hingga aku tak sadar bahwa kami telah sampai di sebuah taman dengan rerumputan hijau yang terawat, dihiasi banyak kursi berwarna putih dengan backround langit yang membiru muda juga awan putih yang menari-nari bak penari bar, angin berhembus menyadarkanku dari lamunan.

“Yah duduk, dan apa yang ingin kau ceritakan?” tanyaku penasaran.

“Tebak dulu dong, apa yang ingin kuceritakan.” Ucapnya dengan penuh bahagia

“ Nenek membelikanmu jersey chelsea terbaru?”

“Salah. Ayo tebak lagi.”  Gadis itu mulai memamerkan gigi kelincinya yang khas dengan mata menyipit dan alis naik turun. Sebenarnya apa yang diinginkan gadis ini, gumamku agak kesal

“ Kau menang lomba cerpen? Atau penghasilan Google Adsmu sudah 100 dollar?” tanyaku lagi.

“ Hahaha salah Mad, dasar cowok otak IT, difikiranmu selalu saja masalah itu. Ini jauh lebih menarik dari semua hal yang kau utarakan tadi Mad.” Jawabnya cengengesan.

“ Langsung saja ceritakan padaku Rah, aku memang bukan si penebak yang hebat, kalau kau minta aku menghafal kode warna aku tahu, pengkodean, html, seo, bahkan windows, apapun itu tentang IT, ini aduh jangan tarik aku keduniamu yang aneh itu Rah.”

“ Aku sama sekali tidak paham Mad, aku ingin menyebutnya fantasi tapi toh kenyataannya dia nyata, nalarku sulit menerjemahkan setiap perahu kertas bersajak yang tiba-tiba saja hadir ketika takdir Tuhan mempertemukanku dengan kesakitan dan juga kesedihan. Dia seolah-olah dekat, aku merasakannya, tapi sayanganya selalu bersembunyi dalam topeng diam. Tapi jujur, aku menikmatinya, dia selalu bisa mengukir pelangi selepas mendung, meredakan hujan disudut pelupuk mata, dan membentuk lengkungan keatas dibibirku, ini aneh Mad.” Jelasnya dengan tatapan kagum.
Sontak mataku yang sedari tadi sudah ingin terkatup, kini mekar kembali. Perkataan itu, perahu kertas bersajak, dan diam, aku mengenalinya, mengenali sosok dibaliknya, mengenali si pemeran utama dari adengan yang mungkin telah berkali-kali diperangkannya dengan bertopeng diam. Dengan cepat kuperbaiki posisi dudukku dan kembali bertanya “ Kau mengenalnya?”

“Aku tidak tau Mad, aku jatuh cinta pada sosok yang entah bernama siapa, yang entah berlatarbelakang bagaimana, bersekolah dimana dan aku benar-benar tidak tahu.” Jawabnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.

“ Apa yang membuatmu mencintai sosok yang kau sendiri tak mengenalinya?” aku mulai tertarik akan pembahasan yang memang sudah sedari dulu ingin kutahu jawabannya.

“ Kau tahu, aku telah kehilangan orangtua diusiaku yang masih dibilang kanak-kanak. Memang aku bisa menyaksikan wajah mereka walau itu ditempat dan waktu yang berbeda, aku selalu mendambakan kasih sayang dan perhatian, tetapi apa yang mereka berikan? Mereka memilih jalan yang berbeda, menitipkanku kepada nenek yang sama sibuknya seperti mereka. Aku tak pernah merasakan implementasi nyata dari kata perhatian dan ketika aku mulai merasa hidup seorang diri dalam duniaku yang aneh, dia hadir menepis pemikiranku, dia hadir memberi apa yang selama ini tidak pernah kudapatkan dari siapapun dan hal itu yang membuatku merasa begitu bahagia, aku mengaguminya Mad. Andai waktu dirumah sakit aku bisa membuka mataku untuk sekedar menyakskan sosoknya yang nyata, hanya dalam fantasi dan khayal aku dapat menemukan sosoknya, namun  diam dan rahasia membuatku kehilangannnya meski berulang kali kucoba memasuki alam itu lagi. Argh, dia malaikatku Mad.” Hujan mulai mendera kelopak matanya, gundukan daging diwajahnya mulai basah, jilbabnya mulai tak beraturan karena tertiup angin, tetapi dia tak peduli, dia terus saja bercerita tentang sosok rahasia yang dicintainya. “Aku begitu ingin bertemu dengannya Mad, setidaknya untuk mengucapkan terima kasih untuk semua bentuk perhatian yang telah dia berikan kepadaku, aku hanya ingin menatap wajahnya yang kuyakin semanis katanya yang terangkai, aku hanya ingin bersalaman dengan jari ajaibnya yang mampu merangkai kata dengan begitu indahnya, aku aku Mad, aku mulai mempertanyakan tingkat kewarasanku sendiri, apakah ini hanyalah bagian dari dunia fantasiku?ataukah ini benar-benar nyata? Tolong katakan, jelaskan padaku aku berada dalam dunia yang mana? apakah aku gila? apakah aku terlalu berlebihan dalam menyikapi setiap imajinasiku yang terlalu tinggi? Ahmad,apakah aku salah mencintai sosoknya yang rahasia? apakah aku salah jika menaruh harap? apakah aku salah tersenyum untuk sajak indah yang dirangkai jemari rahasia itu?” dia terus beceloteh dengan tangis hingga entah disengaja atau tidak dia memeluk tubuhku sambil terus menangis dan beceloteh, sepenasaran itukah gadis ini kepadaku? apakah aku harus mengakuinya? kupejamkan mataku, menikmati detik demi detik dari skenario Tuhan, aku mencintai gadis ini, tapi apa yang bisa dilakukan olehku? Ini sulit Rah!

“Sudahlah, jangan menangis!Jika dia tahu kau menangis karenanya dia juga turut bersedih akan ada waktunya nanti kau dapat bertemu dengannya, itu bukan fantasimu, buktinya kau memegang perahunya kan? Dia nyata Rah, dan kau beruntung memilikinya, yah kau beruntung. Sudahlah, aku tidak suka melihatmu seperti ini.” Ujarku, sembari mengusap lembut kepalanya.

“ Tapi Mad,..,”

“ Sudah, hapus air matamu. Percayalah, dia tidak akan meninggalkanmu hanya karena kau tak tau dia siapa, mungkin dia memang lebih nyaman mencintaimu dalam diam. Sudahlah, jangan paksa aku meninggalkanmu seperti dulu.”

“Jangan dong, yaudah ini udah enggak nangis, eh kenapa peluk aku? Ih, ganjen amat” Katanya sembari melepaskan diri, dan segera duduk jauh

“ Apa? ganjen? bukannya kamu yang meluk duluan?” tanyaku datar.

“ Apa? aku? sejak kapan? Jangan memanipulasi keadaan deh, manfaatin situasi banget, sahabat sendiri hey, sadarrr.”

“ Ah terserah kau, perempuan memang tidak mau mengalah dalam perdebatan meskipun kenyataannya dia yang salah.”

“ Memang kamu yang salah, harusnya kalau aku enggak sadar yah kamu ingetin dong, biarpun sahabat kan bukan muhrim.”

“ Kamu terlalu banyak bicara, dasar pesek!” ujarku sembari mencubit hidungnya yang agak pesek.

“ Ahmadddd, kamu gilaa! Jangan lari heyyy, mau kemana kamu? tunggu pembalasanku yah!” ujarnya sembari berlari, memburu langkahku yang sudah jauh meninggalkannya.

“ Coba aja kejar, kamu kan enggak jago lari. Hahahaha cemen.” Aku mulai menggodanya, sesekali menertawai larinya yang lambat dan tanpa sengaja aku menabrak sosok berseragam putih abu-abu dengan wajah tirus dan rambut acak-acakannya.

“ Hey, punya mata enggak sih?” tanyanya marah.

“ Oh, kamu.” Jawabku tanpa  merasa bersalah.

“ Dasar bocah!”

Dia lagi, laki-laki itu lagi! kenapa harus bertemu dengannya? apakah bumi begitu sempit hingga setiap bahagia harus bertemu dengannya lagi? argh, aku mulai terpancing dengan ucapannya yang menyalakan bara hati, kulangkahkan kakiku kearahnya, menatap wajahnya dengan tanpa kedipan, baru saja ingin kulayangkan tinjuku namun, seseorang menahan tanganku yang seinci lagi akan mengenai wajahnya.

“ Ahmad, apa yang kau lakukan? sudah, jangan lakukan. Kau ini seperti anak kecil saja. Semua masalah dapat diselesaikan dengan kepala dingin, otot tidak menyelesaikan masalah. Sudah, minta maaf sama Asgaf.”

“ Apa Rah? Minta maaf dengan laki-laki kurang ajar ini? hahaha, enggak akan pernah.”

“ Sudahlah Rah, bocah ingusan memang gitu. Selalu bersembunyi dibalik gengsi dan egois, hahah dasar bocah!”

“Apa katamu?”

“ Ahmad! Aku bilang minta maaf yah minta maaf! Toh kamu yang salah, kamu yang nabrak Asgaf, eh kamu juga yang marah-marah. Mau kamu apa sih? jangan jadi orang egois! Ayo minta maaf.”

“ Jangan paksa aku untuk melakukan apa yang aku enggak mau. Kamu siapa? Kamu Cuma gadis aneh yang dunianya gila.”

Tampak ada bening yang tercipta dari balik matanya yang sayu, “Mad.....”

“ Hey Ahmad, loh sadar enggak sih, dia cewek! dan loh tega ngomong gitu? dia sahabat loh.” Sela Asgaf diantara perdebatanku dengan Inara

“ Berhenti berbicara, karena penyebabnya adalah kamu. Persahabatan gue hancur karena loh dan gue benci banget sama loh. Dan perempuan ini, bawa jauh dari hadapan gue.” Ujarku serasa pergi meninggalkan mereka.

Ada guncangan dasyat yang tiba-tiba saja menyerang hati dan fikiranku, emosi yang membara membuatku tak terkendali, aku tidak suka dia membela orang yang aku benci. Aku marah, sangat-sangat marah juga kecewa akan sikap Inara yang terlalu berpihak pada Asgaf. memangnya Asgaf siapa? Dia hanya orang baru yang masuk dikehidupan kami, dan seperti apa yang sudah kuduga dari awal, kehadirannya hanya akan merusak, kehadirannya hanya akan menghadirkan masalah demi masalah dan saat ini aku hanya ingin sendiri, menatap langit sore, menyaksikan mentari terbenam dan mendinginkan hati yang sudah sangat panas.








sumber gambar: http://ridhojunaidy.blogspot.com/2017/01/mengatasi-pusing.html?m=1

Post a Comment