“Ada apa? Kenapa wajahmu tampak begitu lelah?” ujar wanita lansia itu dari balik pintu.
“ Oh, nenek dirumah. Tidak apa-apa Inara hanya terlalu lelah hari ini. Inara istirahat dulu yah nek?” jawabku dengan langkah lelah hendak memasuki kamar
“ Tadi Ahmad mencarimu.”
8
Sontak aku dikagetkan dengan pernyataan tersebut. Membuat lelahku menguap bersama dengan asap kopi dari cangkir putih digenggaman nenek
“Ah? Apa yang dia katakan Nek?”
“ Dia hanya mencarimu. Nenek tidak tahu dia darimana, tapi wajahnya babak belur,bajunya penuh tanah. Nenek tadi menyuruhnya beristirahat sambil menunggumu, tapi katanya dia harus pulang.” Jawabnya sambil sibuk meniup-niup kopinya, menghasilkan asap yang mengepul keudara.
Aku hanya terdiam, belum juga kuistirahakan tubuhku, saat ini otakku dipaksa kembali berfikir. Kakiku rasanya begitu lemah, hingga merebahkan tubuhku, mataku masih menatap kosong, otakku terus bekerja. Sebenarnya ada apa dengan Ahmad?
Wanita itu menghampiriku, memapah tubuhku memasuki kamar.
“Rah? Kamu kenapa nak?”
Aku masih tertegun, “ Tidak apa-apa nek, Inara hanya perlu tidur.” Jawabku dengan seulas senyum.
“ Baiklah, istirahat yang banyak sayang.” Ujarnya seraya mendaratkan satu kecupan dikeningku, lalu melangkah pergi meninggalkanku.
Segera kuambil handphone dalam tasku, mencari nama Ahmad, kemudian menekan tombol hijau.
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi.
Berulang kali kucoba menghubunginya, tetapi selalu kudapati jawaban yang sama. Handphonenya, tidak aktif!
Kurebahkan tubuhku, rasanya begitu lelah. Kucoba memejamkan mataku, memberi ruang untuk otak mendingin. Memberi tubuh waktu untuk terlelap.
+++++++++
“Rah..” suara itu menggema, berulang kali memanggil namaku. Namun, tak kutemukan sosok ditempat ini. Yang kutemui hanya hitam, gelap dan gelap.
“aku dimana?”
Tiba-tiba saja sesosok bayangan hadir dari balik awan yang mengabu. Tampak langitnya berubah mendung, perlahan hujan turun bersama dengan berubahnya backround tempatku berpijak. Tempat ini tak lagi hitam, aku tak pernah berada ditempat ini, namun yang kutau, dibawah sana, jurang!
“Ka.. ka..u siapa?” tanyaku gugup, karena rasa takut yang terus mengkabuti hati.
Sosok itu mendekat, membelai lembut kepalaku. Sontak wajahnya berubah, melukiskan sosok lelaki yang sudah sedari tadi menyita waktuku untuk turut bertarung dengan kekhawatiran.
“Rah, ini dunia kita.” Ujarnya dengan seulas senyum.
Aku tak habis fikir, kekuatan macam apa ini? semua kembali berubah. Kini, aku berada diatas rerumputan hijau dengan hujan yang deras namun, menyegarkan. Perlahan rintiknya membasahi wajahku, aku menikmatinya, ini hujan yang kurindu.
“Ahmad, kita dimana?”
Dia kembali tersenyum, mulai menjelaskan tentang tempat yang entah berada disudut dunia mana.
“Kau lihat, disana ada perahu kertas buatanmu.” Ujarnya serasa memperlihatkanku sebuah perahu kertas besar yang sedang berlayar disebuah danau yang indah ditemani hujan yang lebat.
“Tapi, kenapa bisa sebesar itu Mad? Strukturnya juga tidak hancur padahal dia terbuat dari kertas? Sebenarnya kita dimana?” tanyaku kebingungan.
“ Ayo, kita mengelilingi danau dengan perahumu. Biar kujelaskan secara detail mengenai tempat ini.” Ajaknya, sembari menarik tanganku menaiki perahu kertas raksasa tersebut.
“ Rah, kau kan suka hujan. Kau juga suka tempat bernuansa alam, kau selalu bercerita kepadaku tentang tempat impianmu, bukankah seperti ini yang kau mau?” tanyanya memecah keheningan.
“mm, kupikir yah! Memangnya kita dimana Mad? Aku seperti mimpi, tapi rasanya begitu nyata. Apa ini?”
“ Ini dunia kita Rah. Hanya ada kau dan aku. Mimpi yang menyajikan tempat ini untuk kita berdua. Tidak ada yang tidak mungkin ditempat ini, apapun yang kau mau, apapun yang kau harapkan, semuanya dapat terjadi. This is Realm Insane”
“ Ah? Realm Insane ? ini untuk kita? Bagaimana mungkin mimpi kita dapat membentuk alam baru yang kau sebut Realm Insane. Ini gila Mad.” Ujarku tak percaya.
“ Hahaha ini kuasa Tuhan yang harus kita syukuri Rah, kau ingat kebiasanku?”
Aku mulai bingung, dia punya banyak kebiasaan. “Kebiasaanmu yang mana? Tidur dengan sejuta ekspresi?” tanyaku.
“ Yah. Kau tahu, saat itu aku sedang berada di Realm Insane . Disini, lukaku terobati, ditempat ini aku bisa melakukan apapun yang kumau. Sudah sejak lama aku ingin menarikmu kedunia ini, namun kau tak pernah punya ruang ternyaman ketika kau tidur, itu yang membuatmu sulit untuk kuraih, meski terkadang kau sudah berada 5 cm dari genggamanku. Kuakui, kau punya tingkat imajinasi yang tinggi, juga fantasi yang gila, itulah mengapa alam bawah sadar menyiapkan ruang untuk kita. Karena fantasimu dapat menciptakan ruang ternyaman dikepalamu, dan perlahan jika kau mengingat seseorang terlalu sering, dan orang tersebut juga demikian maka mimpimu dan mimpinya akan bersatu. Seperti kita ini.” Jelasnya.
Aku hanya mengangguk-ngangguk mendengar penjelasannya, rupanya ini bagian dari alam bawah sadar. Rupanya mimpi pun dapat bersatu. Ini gila, tapi benar-benar terjadi.
Hujan masih mengirimkan rintiknya, kuarahkan wajahku menghadap langit, merasakan perlahan tusukannya makin dalam menerjang kulit wajahku, ini hujan di bulan Januari yang kurindukan. Kulirik sosok disampingku, dia masih tersenyum sembari memandangi tingkahku, wajahnya lebam, sudut bibirnya mengeluarkan darah, matanya membengkak, perlahan wajahnya memucat, perlahan senyumnya memudar, bibirnya putih membeku, perlahan sosoknya menghilang bersama hujan yang terhenti. Langit kembali mnghitam, sekelilingku gelap, dan dibawah sana, jurang. Entah kekuatan dari mana yang menjatuhkanku, aku terjatuh dalam jurang yang dalam, hitam, gelap dan akhirnya aku terbangun.
“Tolongggg.....,”
Rupanya hanya mimpi. Kulirik jam diponselku, astaga, pukul 07:00! Segera kuambil handuk yang bergelantungan dibelakang pintu kamar, kuberlari memasuki kamar mandi, sepertinya hari ini aku telat. Arghh, Ahmad ini karena kau!
++++++++
“Assalamualaikum, Pak?” lelaki berkumis tebal dengan kepala botak itu masih saja sibuk menyesap kopinya. Tak mendengar suaraku yang sudah berteriak-teriak dari balik pagar besi yang menjulang tinggi. Sekali lagi kupanggil dia, dengan nada yang dinaikkan sedikit.
“ Pak, assalamualaikum. Masih bisakah saya masuk?”
“ Kau punya jam?”
“Punya Pak.”
“Coba lihat, sudah pukul berapa? Masihkah kau punya keberanian menginjakkan kaki disekolah ini? tahu hukuman untuk siswa yang terlambat?” tanyanya bertubi-tubi dengan kumis yang naik turun dan juga tatapan yang begitu menakutkan.
Aku terdiam. Sampai akhirnya menjawab, untung saja masih tersisa sedikit keberanian untuk menjawab pertanyaannya.
“Pu..,puukul 08:00 Pak.” “Tapi, saya ada ulangan hari ini, boleh saya masuk? Boleh yah Pak?” pintaku.
Dengan santainya, dia menunjuk jalan dan kembali mengambil cangkir kopinya “ Tau jalan pulang kan?”
Dan aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menjauh dan pergi.
Namanya Pak Trisno, Satpam sekolah yang terkenal garang. Punya kepala bolak, alis tebal juga kumis yang lebat. Wajahnya seperti Pak Raden, Hahaha aku menertawai imajinasiku, menertawai diriku sendiri yang kini menyusuri jalan tanpa tau arah yang akan kutuju. Tiba-tiba saja, aku kembali teringat kejadian semalam, ada apa dengan Ahmad? Dan hari ini kuputuskan untuk mendatangi rumahnya, sapatau saja dia sakit dan sedang tiduran dikasurnya yang empuk. Entahlah, semuanya masih abu-abu.
+++++++++++++
Realm Insane?pasti kalian bertanya-tanya dari mana sih aku dapat bahan tulisan segila itu hehe jawabannya sih karena aku pernah ngalamin sendiri,yah gitu dijadiin tulisan ajah biar inget terus hehe jangan tanya saya ini kisah nyata atau bukan๐๐
sumber gambar: https://nadianemo.wordpress.com/2016/11/29/dunia-imajinasi/
Post a Comment