CERBUNG "INARA" part 9





#Asgaf Ammar

“ Sudah kubilang kan, semuanya akan baik-baik saja.”

“ Iya Gaf, sekarang aku sendiri.” Kalimatnya terhenti ketika perlahan rintik membasahi wajahnya. Pelan, sedang, dan semakin deras.

“ Kita berteduh dulu Rah.”

“ Kau saja yang berteduh Mad, aku ingin merasakan hujan, menikmati hujan pertamaku tanpanya.”

Hu, lagi-lagi dia memanggilku Mad, aku hanya memberhentikan motor, memberinya ruang untuk menikmati hujannya. Tergambar jelas kesedihan dari balik tingkahnya, dia menengadahkan wajahnya, membiarkan hujan menusuk wajahnya, membiarkan dingin merasuki raganya, dia berteriak, meneriakkan nama Ahmad berkali-kali. Entah mengapa, rasanya aku marah, aku sakit, ketika Inara tak henti-hentinya menyebut nama Ahmad sampai akhirnya dia menyerah dengan hujan. Dia duduk diatas rerumputan sambil memeluk kedua lututnya. Dia menangis, walau hujan membuat semuanya samar.

“ Ayo kita pulang, aku tidak bisa melihatmu seperti ini.” Kutarik tangannya untuk berdiri. Tapi, dia menahanku. Menarikku untuk duduk disampingnya.

“ Aku kehilangan Gaf,”

“Aku tahu, tapi sampai kapan mau seperti ini? kau harus mempersiapkan diri untuk UN. Buktikan kepada Ahmad kamu bisa lulus, dan membuat dia bangga.”

“ Tapi Gaf, ada banyak hal yang sudah kami rencanakan bersama, tentang perpisahan, tentang penamatan dan tentang pelulusan. Rasanya aku terpukul begitu keras, aku tak sanggup menjalani ini tanpanya Gaf, aku tidak sanggup.” Hujan kembali menyamarkan tangisnya, walau wajahnya tak mampu menutupi semua kesedihan yang dialaminya.

“ Kita bisa mewujudkan semunya sama-sama.” Berusaha kuyakinkan gadis disebelahku, berusaha melukiskan senyum itu lagi diwajahnya.

“ Kita? Maksudmu? kau ingin menggantikan posisi Ahmad? Hahhaa, kalian berbeda Gaf, dan tidak akan pernah ada yang bisa menggantikan posisi Ahmad dihatiku. Dia terlalu indah untuk digantikan dengan orang lain. Jika kau disini hanya untuk mencoba menggantikan dia, pergi saja Gaf, aku bisa melakukan semuanya sendiri.” Hujan  tiba-tiba saja terhenti, bersama dengan langkah Inara yang cepat meninggalkan diriku yang masih menatapnya tanpa jeda.

“Rah...” kuteriakkan namanya berkali-kali, tetapi dia malah berlari. Meninggalkanku disini, dalam duka dan luka yang baru saja dia torehkan. Inara, aku mencintaimu.
++++++++++++++++++++++++++++++++


Maafyah baru ngepost,soalnya kegiatan kampus lagi banyak-banyaknya. Semangatin dongg😂 ini kisah gimana lagi yah,ada yang punya saran nggak?






sumber gambar: https://www.google.co.id/search?q=sepasang+kekasih+bermain+hujan&safe=strict&client=ucweb-b&channel=sb&biw=360&bih=588&tbm=isch&ei=nydrXMqvOoXcrQGC2rDgAw&start=120&sa=N#mhpiv=14&spf=1550526373963

Post a Comment