# Inara Adiib
Realm Insane! Kalimat itu terngiang jelas dikelapaku. Ditempat itu, untuk kali terakhirnya kami bersua, menikmati hujan bersama dan tertawa bersama. Dia pernah bilang, bahwa tempat itu untuk kami berdua. Tapi, bagaimana caranya memasuki dunia itu? Terus kuputar otakku, mencoba mengingat-ingat ucapannya saat itu, hingga kutemukan kata kuncinya, TIDUR!
Kupejamkan mataku, mencoba setenang mungkin hingga lajurnya terlihat dan aku dapat berjumpa lagi dengan Ahmad. Perlahan tubuhku merasakan dingin yang menusuk, kupandangi sekelilingku, penuh dengan salju. Bukit-bukit kecil terpampang jelas, ranting-ranting kering beradu dengan salju yang samakin banyak berjatuhan, langit gelap, hitam, namun, salju tetap berwarna putih, kuraih bongkahan salju, merasakan dinginnya menusuk jemari, hingga perlahan tangan hangat menepuk pundakku. Sontak aku menoleh, betapa terkejutnya ketika kudapati dia disana, berdiri dengan senyum khasnya, memegang pesawat kertas, dan membawa secarik kertas yang entah ingin dia apakan. Aku masih saja terpaku, rasanya tak percaya dengan apa yang kualami saat ini, bagaimana mungkin ada dunia seperti ini. Tapi, aku bahagia. Walaupun alam kami telah berbeda, walau dia tak lagi jadi orang terrese' yang selalu menguntit kehidupanku, walau dia tak lagi hadir dalam kisahku didunia nyata, tapi bisa bersama berdua dialam yang aneh ini sudah sangat membuatku bahagia.
"Mad.. kaukah itu?" tanyaku ragu.
"Menurutmu?" dia kembali bertanya padaku.
Kutatap dia dalam-dalam, kucoba menyentuh pipinya, argh, dingin sekali, tetapi nyata. Kucoba mencubit hidungnya, dia hanya diam, kuraba kedua bola matanya, masih seperti yang dulu, aku bahkan ragu jika dia adalah jelmaan jin, dia Ahmadku,yah sangat-sangat nyata.
Dia memandangku, kemudian tertawa, "Sudah rabanya? Geli tau'."
" Kamu nyata Mad." Aku masih juga terpukau. Mataku mulai berbinar melihat tawa itu lagi.
"Rah, kan aku sudah bilang. Dunia ini milik kita. Walaupun kita tak lagi berpijak dibumi yang sama, tak lagi memandang senja dilangit yang sama, akan tetapi kita punya dunia yang sama. Aku merindukanmu.." Dia memelukku, sangat erat, hingga dinginnya salju berganti menjadi hangat yang kurasa, meski tubuh yang mendekapku sangat dingin.
"Aku juga.." Kueratkan pelukanku, aku tak bisa membohongi diriku sendiri kalau akupun begitu merindukannya.
"Kau pernah berjanji tidak akan pernah meninggalkanku Mad, tapi kenapa..." ucapanku terhenti, berganti menjadi hujan dipelupuk mataku. Sontak salju beeganti menjadi hujan, tempat ini seolah tau apa yang kurasakan.
"Aku masih disini, dihatimu. Meski ragaku tak lagi bisa menemani langkahmu, tapi yakinlah aku selalu menjagamu Rah, selamanya akan tetap seperti itu. Kau lebih dari sekedar sahabat untukku."
"Tapi..." Belum juga selesai ucapanku, dia mencium keningku, lama, lama membuat hujanku semakin deras.
" Aku mencintaimu, lebih dari sekedar sahabat. Sudah sejak lama, tapi kau tak pernah memandangku sebagai lelaki. Kau hanya memandangku sebagai manusia penyuka TIK yang hatinya mati akan rasa. Rasaku hidup ketika kau hadir dengan tingkah bodohmu. Kau tahu, perahu kertas itu, adalah aku." Dia melepas pelukannya, merakit secarik kertas tadi menjadi perahu kertas, kemudian memberikannya kepadaku.
"Ini untukmu, jaga dirimu baik-baik Rah, aku pergi."
" Mad, tunggu..." Baru saja ingin kuwawancarai dia perihal perahu kertas, akan tetapi sosoknya telah menghilang bersama hujan yang sudah reda. Sontak, suasana menjadi begitu gelap, semuanya gelap sampai ketika aku berada ditepi jurang itu lagi, aku ketakutan, kuteriakkan nama Ahmad berkali-kali hingga akhirnya aku terbangun dan mendapati diriku sendiri berlumuran keringat.
Kupandangi sekelilingku, yang kudapati adalah suasana kamarku sendiri. Argh, hanya mimpi. Kulirik tanganku, tampak ada perahu kertas disana, diriku semakin dibuat bingung. Apa ini? bukannya tadi hanya mimpi? Tapi kenapa perahu kertas ini bisa sampai didunia nyataku? Apakah realm insane itu adalah dunia yang nyata. Alam yang hanya dapat dijangkau oleh akal yang tidak sehat. Entahlah, apapun namanya, mau nyata ataupun fantasi, aku berterima kasih karena telah mempertemukanku dengan Ahmad.
Rasa penasaran menyergap fikiran dan hatiku, kupandangi perahu itu dalam-dalam, mencubit berkali-kali pipiku, rupanya dia benar-benar nyata. Dengan ucapan basmalah, kubuka rakitannya, rupanya ada banyak sajak disana.
"Untukmu, yang kuyakin masih sibuk dengan hujannya karena kepergianku yang begitu mendadak. Perkenalkan kapten Pkku, aku ini Ahmad. Pangeran penyemangatmu yang selalu menulis sajak dan merangkainya menjadi perahu kertas. Mungkin kau bertanya, mengapa harus perahu kertas? Haha alasannya sederhana Rah, karena kau adalah gadis aneh penyuka perahu kertas. Kau bisa menghabiskan waktu berjam-jam, berkutat dengan berbagai ukuran perahu kertas, menggantungnya dimotorku, dan tertawa bahagia ketika kuajak kau berkeliling dengan motor yang telah kau hias dengan begitu gilanya. Aku menikmati semua kebersamaan yang tercipta, walau sesekali kulirik wajah manismu karena kekaguman yang telah lama kupendam. Aku sadar Rah, kita hanya diskenariokan untuk mengemban peran sebagai sepasang sahabat. Aku, kau, dan persahabatan adalah hal yang mutlak yang tak mungkin dapat berubah. Aku menyadarinya, dan hal itu yang membuatku sanggup mencintaimu dalam diam. Kau tahu, tak mudah memang. Tapi, kekonyolan dan kedekatan layaknya saudara membuatku kokoh dalam zona bernama persahabatan. Tetapi, semenjak dia menjadi pemeran baru dalam panggung kita, aku menjadi tersisih, aku merasa kau tak lagi utuh milikku, dia merampasmu dari genggamanku. Aku tak tahu mengapa aku bisa semarah itu ketika kau bela dia dan memaksaku mengucap maaf, aku sakit Rah. Kau hanya tak merasakan sakit yang tercipta sehingga kata kasar terlontar dari bibirku. Maafkan aku, karena belum bisa melawan egoku hingga membuat diriku sendiri semakin jauh dari sisimu. Aku pergi Rah, jaga dirimu baik-baik. Jadilah Inara yang ceria, yang selalu dengan senyum manisnya, ada banyak momen bahagia yang menunggu selepas ini, meski tanpa aku lagi disampingmu. Jika kau kesulitan mengurusi blogmu, datang saja ke Realm Insane, kapanpun kau butuh, aku akan ada disana. Jangan sedih lagi, aku mencintaimu, selamanya akan tetap seperti itu. Semangat kapten Pkku{}Loveyou." -IA-
Kubaca tiap kata yang terangkai, tanpa kusadari aku kembali membuat mendung dipelupuk mataku. Rupanya dia, dia adalah pangeranku, orang pertama yang kucintai lewat rahasia, dan ketika telah kutau sosok dibalik skenario Tuhan, malah dia telah jauh dan tak mungkin untuk kuraih. Alam kami telah berbeda, skenarionya di panggung yang sama denganku telah usai, dia pergi tanpa sepatah katapun untuk mewakili rasanya yang sejak dulu hadir, yang sejak dulu mencintaiku diam-diam. Aku menangis, menyesali ketidakjujuran tentang rasaku, ketidakjujuran tentang hatiku, ketikdakjujuranku tentang semuanya. Dia tak lagi bertopeng, tapi telah menjelma menjadi halus,tak terlihat dan tak mungkin. Aku larut dalam duka, kupeluk erat kertas tersebut, hingga hujan kembali hadir, mengiringi kelopakku yang mulai mengatup, langit tak berbintang, hanya suara rintik yang terdengar, aku kembali berharap dunia itu hadir lagi.
#####
Jangan baper hehe
Post a Comment