Ada Yang Hilang

https://sepasangkata.files.wordpress.com/2012/07/kehilangan.jpg

Entah mengapa, entah apa yang saat ini menerpaku, hatiku kalut, fikiranku kosong, jiwaku entah dimana. Tempat ini dulunya sangat menyenangkan. Tempat ini dulunya adalah rumah keduaku, rumah yang nyaman untuk sekedar melepas tawa dan penat, dulunya aku teramat dalam menyukainya hingga aku lupa di mana seharusnya aku tinggal.

Tempat ini, seolah berubah menjadi bisu, celotehan yang sering kuteriakkan kini mulai tak lagi terdengar, tabrakan tawanya dan tawaku kini seolah redup bagai seiring dengan bertambah terangnya lampu-lampu yang sudah dapat bersinar. Hhahaha, ini harapan kitaa, listrik yang mulai mengaliri kabel-kabel dan satu keajaiban yang selama ini di tunggu-tunggu, yah kehadiran benda yang menghasilkan angin itu.

Entah mengapa, aku terpaku dibarisan belakang tepatnya di tempatku bersua setiap harinya. Yah, hanya duduk terdiam, melamunkan banyak hal, hingga akhirnya aku terlelap disana. Hanya itu yang kini menghiasi kehidupanku di tempat itu, tak lagi ada bintang-bintang yang bersinar terang, tak lagi ada pertunjukan yang mengundang tawa dan yah, rasanya begitu hambar, bagai sayur tanpa garam. Ini bukan satu-satunya tentang ini, ini tentang seseorang yang hampir bersamamu di setiap waktu dan semuanya berubah, yah berubah. Aku tak tau apa yang salah, aku tak tau apa yang terjadi, semuanya mengalir begitu saja, tanpa pernah kusadari, tanpa pernah kutau kapan akan berakhirnya.
Menurutmu adakah teman sejati? Aku bahkan lupa bagaimana mendapatkan sosok yang bisa disebut sahabat, aku bahkan lupa bagaimana membedakan antara yang benar-benar temanku dan yang mana yanga hanya datang ketika dia butuh.
Teman? Seseorang, menyadarkanku tentang arti dari seorang yang  biasa disebut teman, seseorang membuka mataku tentang dunia yang biasa di sebut pertemanan, seseorang mengajarkanku untuk tau, mana teman dan mana serigala berbulu domba. Dan yah, sekarang aku mengerti, aku paham mengapa dan kenapa yang selama ini sering berlalu dan terbayang di kepalaku.

Aku tahu, cepat ataupun lambat teman bukanlah seseorang yang akan selalu merangkulmu ketika dunia sudah lelah denganmu, aku tahu cepat ataupun lambat teman takkan selalu ada untuk menghibur  dan menghapus air matamu, jika ditanya seberapa banyak teman yag kupunya, aku tak tau. Karena bagiku, semuanya adalah teman, kebaikanku dan bahkan hartaku adalah milik mereka juga, inilah satu kebodohanku, kebodohan yang membuatku salah mengapresiasikan makna pertemanan dalam kehidupanku.

Katanya, aku terlalu baik dan membuka diri untuk seseorang yang belum tentu juga mau membuka diri dan berbuat baik kepadaku. Tapi, beginilah aku, selalu melihat semuanya dari sisi positifnya, Karena yang kutau berbuat baik untuk orang lain itu merupakan wujud dari kepribadian yang baik. Tapi nyatanya apa? Terkadang memang kita harus menjadi egois untuk membuat kita di hargai oleh orang lain, dan terkadang kita harus menjadi jahat untuk di segani atau setidaknya di hormati. Dan itu, pelajaran berharga yang kudapat dari sosok yang teramat dalam mencintaiku.

Kini, aku memulainya dari awal lagi, berteman pulpen dan secarik kertas, atau bertemankan laptop dan juga imajinasi. Mungkin inilah saatnya di mana kehidupanku akan berubah, inilah saatnya fikiranku di paksa untuk lebih mementingkan diri sendiri, dan mungkin inilah saatnya dimana, aku kembali kehidupan lamaku, kehidupan lamaku bersama imajinasi dan kata.


Post a Comment