Aku Masih Menanti



Aku bingung harus memulai semuanya dari sudut mana. Semua sudut adalah kesalahanku, adalah kesibukanku yang merampas bahagiamu. Masih adakah aku dihatimu? Entah sudah berapa banyak kata yang mewakili pertengkaran-pertengkaran kecil yang perlahan berkembang menjadi lebih besar. Aku bahkan sudah mulai lelah dengan semuanya, yah semua hal yang meretakkan hubungan kita. Tahukah kamu? kepinganku yang telah pecah tak berbentuk masih juga enggan untuk melonggarkan rekatannya. Perekatnya masih berrwarna merah muda, meski hitam perlahan menusuk dengan begitu kejamnya.

Sebenarnya ini salah siapa? Apakah semuanya adalah kesalahanku? Apakah ini sepenuhnya adalah aku yang terlampau jauh dari kata romantis, terlampau jauh dari kata idaman, dan terlalu jauh dari kata peduli. Aku.. aku.. juga manusia biasa sayang.

Aku mulai menyadari letak dari kita yang mulai berjauhan, mulai menyadari letak kita yang mulai asing, aku menyadarinya, semuanya adalah waktu. Yah, waktu dan perhatian yang juga belum bisa menghadirkan rona dipipimu.

Mentari lenyap seiring dengan awan yang mengabu. Langit perlahan mengirimkan rintiknya, tetesannya membasahi wajah, pelan, sedang dan semakin deras. Kupejamkan mataku, merasakan dingin yang menusuk, kuputar kembali momen-momen indah yang pernah kita lewati bersama. Pecahan tawa yang menyiratkan bahagia, senyum simpul yang selalu sukses meluluhkan hati, hingga wajah penuh kesal ketika aku mulai bercerita tentang junior diorganisasiku. Kau istimewa, meski tak jarang aku selalu membuatmu harus menunggu, bahkan membuat hujan itu sendiri dipelupuk matamu. Maafkan aku, yang juga belum bisa membahagiakanmu.

Ragaku masih bersama hujan, masih dengan dingin yang merasuk hingga ketulang. Entah mengapa aku mulai menyukai hujan. Mungkin karena dengannya aku dapat menemuimu meski hanya melalui potret kenangan.

Masihkan ada kesampatan untuk kita bisa sama-sama memperbaiki semuanya? Masihkah ada kesempatan untukku kembali merajut jalinan denganmu meski kutahu kekecewaan telah mengkabuti hati dan fikiranmu. Tetapi, andai kau tahu. Dibalik wajah yang tegar, dibalik senyum yang kunampakkan, ada kesedihan yang belum tentu kau tahu rasanya. 

Semenjak kau nyatakan untuk mengakhiri semuanya, semenjak saat itu aku merasa mulai kehilangan bahagiku, mulai kehilangan semangatku, mulai kehilangan sosok luar biasa yang telah bertahun-tahun meluangkan waktunya untuk sekedar menyapaku lewat pesan singkat. Dan setelah saat itu, aku menyalahkan diriku sendiri atas semua yang terjadi. Andai saja, aku lebih bisa memahamimu, andai saja aku lebih bisa mengerti inginnya hatimu, andai saja dan andai saja....

Hujan telah pergi, awan tak lagi kelabu. Namun, hatiku masih mendung, mataku masih juga dengan hujannya. Perasaan ini masih untukmu, yah masih pada wanita yang dua tahun silam kuminta menjadi kekasihku.

Wanitaku, maafkan untuk pisau yang berkali-kali menyayat hatimu hingga memilih menyerah. Maafkan untuk kesalahan yang selalu menghadirkan hujan disudut matamu, maafkan untuk mimpi dan harapanmu yang belum bisa kuwujudkan, maafkan jika selama bersamaku kau lebih banyak bersedih dan terluka, maafkan untuk bahagia yang juga belum bisa kuhadiahkan untukmu. Maafkan aku, yang belum bisa menjadi kekasih yang baik bagi hidupmu. Aku mencintaimu. Walau kepinganku tak lagi berbentuk karena luka dan perih yang menghantam bertubi-tubi, namun rasa dan cinta masih juga pada kepinganmu, meski kau melepas rekatannya dengan begitu tiba-tiba.

Dan mungkin aku sudah mulai harus terbiasa dengan semuanya, meski sulit, aku akan mencoba untuk menjalani apa yang menjadi inginmu. Satu hal yang kuyakini dari cinta, sejauh apupun kita dipisahkan oleh ego, sebesar apapun masalah yang membuat kita harus berjalan masing-masing, jika dalam skenario Tuhan kita adalah takdir yang nyata. Semuanya akan kembali seperti dulu, tidak ada yang tidak mungkin. Kita hanyalah pemeran, kita hanya menunggu apa yang akan terjadi dipanggung selanjutnya. Selamat berbahagia:’)












Sumber Gambar: http://kfk.kompas.com/image/preview/aW1hZ2VzL3Nma19waG90b3Mvc2ZrX3Bob3Rvc18xMzA4MjE4NjQ2X1NGalpncktqLmpwZw%3D%3D.jpg

1 komentar:

Mengapa harus menanti jika tanpa sebuah pembalasan?
Mengapa harus masih sayang walau ku tau sayang nya untuk yang lain?
mengapa cinta begitu rumit?
seakan akan tiada ruang untuk bisa memulai yang baru

Reply

Post a Comment